Widget edited by super-bee

Kamis, 25 April 2013

ANALISIS PUISI


ANALISIS PUISI
Karya Wijil Thukul
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengkajian Puisi
Pengampu: Adyana Sunanda







Disusun Oleh:

1.      Rhomdoni Miftakhul H                  A 310110098
2.      Hutama Putra                                  A 310110100
3.      M. Riza Darmawan                        A 310110101
4.      Slamet Eko Budiono                       A 310110105
5.      Dian Sukma Raharja                      A 310110107
6.      Lukman Aris Widodo                     A 310110120




PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013







PERINGATAN
Karya: Wijil Thukul



Jika rakyat pergi ketika
Penguasa pidato
Kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa

Kalau rakyat sembunyi, dan
berbisik-bisik ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada, danbelajar mendengar

Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam

Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!

Solo, 1996




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan struktur yang tersusun dari bermacam unsur atau ragam. Puisi juga dapat dikaji dari sudut kesejarahannya. Mengingat sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Seperti halnya dengan puisi “peringatan” karya Wijil Thukul. Puisi tersebut mengisahkan zaman setelah reformasi.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana cara menganalisis puisi untuk menentukan kandungan makna pada puisi peringatan?
2.      Bagaimana perbandingan menganalisis puisi dengan menggunakan analisis secara strukturalisme dengan analisis secara strata norma?

C.    Tujuan

1.      Menentukan dan memaparkan hasil analisis puisi peringatan.
2.      Mengetahui dan memahami perbandingan analisis strukturalisme dengan analisis secara strata norma.










PEMBAHASAN

A.    Analisis puisi

Sebuah puisi dibangun atas unsur-unsur yang menjadi kesatuan yang utuh. Pembahasan puisi berdasarkan strata norma tidaklah cukup. Pemaknaan hendaklah dilanjutkan agar tercipta koherensi yang padu.
1.      Metode Puisi

a.       Diksi
Penulisan kata yang digunakan penyair tegas, dibuktikan pada setiap bait terdapat hentakan kata yang dapat membakar semangat pembaca. Seperti halnya kata bait terakhir, pemilihan kata pada puisi ini dari bait pertama dan bait kedua menggunakan makna konotatif. Bait ketiga bait keempat mengunakan makna denotatif.

b.      Imagery (imaji)
Puisi tersebut terdapat empat citraan. Citraan pada bait pertama adalah pengelihatan. Ini dibuktikan pada kalimat, ketika membicarakan masalahnya sendiri yaitu penguasa harus waspada dan belajar mendengar. Bait ketiga citraan pengelihatan, ini dibuktikan pada kalimat, “kebenaran pasti terancam”. Bait keempat citraan pengelihatan terdapat pada kalimat, “apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara dibungkam”.

c.       Figurative language (gaya bahasa)
Gaya bahasa yang digunakan didalam puisi tersebut, menggunakan majas hiperbola yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya. Maksud dari itu adalah untuk memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. Ini dibuktikan pada bait ketiga.

d.      Rhytem and rhyme (irama dan rima)
Irama puisi tersebut terlihat pada setiap akhir baris. Seperti pada bait terakhir puisi tersebut terdapat tanda seru dibelakang tanda lawan, yang iramanya mengisyaratkan kepada pembaca untuk ikut melawan.

            Rima puisi:
1.      Bait pertama          : a b a c
2.      Bait kedua             : a b a c
3.      Bait ketiga             : a b c a d
4.      Bait keempat         : c b b b
Irama bait pertama rendah, bait kedua datar, bait ketiga naik, bait keempat tinggi.
e.       The Concrete Word
Seluruh bait pada puisi ini kata yang dipakai kata konkret.

2.      Hakikat Puisi

a.       Sense (tema)                : Harapan palsu          
b.      Feeling (rasa)               : Di dalam puisi tersebut penyair mangajak pembaca supaya tidak terlena dengan harapan-harapan yang menipu, yang dilontarkan dari pada pejabat-pejabat kita.
c.       Tone (nada)                 : Menarik simpati pembaca
d.      Intention (amanat)      : Jangan pernah membuat harapan yang sekiranya kita tidak dapat memenuhi harapan itu. Harapan adalah sebuah kesepakatan. Jika kita tidak dapat mengabulkannya, diakhirat kita akan dimintai pertanggung jawabannya.












PENUTUP

Simpulan
            Analisis puisi secara strata norma mempermudah menentukan kandungan makna yang terdapat didalam puisi secara detail karena, terdiri dari beberapa lapis, anatara lain: lapis suara, lapis arti, lapis ketiga, lapis keempat dan lapis kelima. Kelima lapis tersebut memiliki fungsi masing-masing. Sedangkan, analsis secara strukturalisme menggunakan dua cara yakni metode puisi dan hikayat puisi.




















DAFTAR PUSTAKA

Pradopo, Djoko Rchmat. 2012. Pengkajian Puisi. Gjah Mada University Press.
























Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar