ANALISIS PUISI
Karya Wijil Thukul
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengkajian
Puisi
Pengampu: Adyana Sunanda
Disusun Oleh:
1.
Rhomdoni
Miftakhul H A 310110098
2.
Hutama
Putra A 310110100
3.
M.
Riza Darmawan A 310110101
4.
Slamet
Eko Budiono A 310110105
5.
Dian
Sukma Raharja A 310110107
6.
Lukman
Aris Widodo A 310110120
PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
PERINGATAN
Jika rakyat pergi ketika
Penguasa pidato
Kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi, dan
berbisik-bisik ketika membicarakan
masalahnya sendiri
penguasa harus waspada, danbelajar
mendengar
Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam, kritik dilarang tanpa
alasan
Dituduh subversif dan mengganggu
keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Solo, 1996
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Puisi
merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat
dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan
struktur yang tersusun dari bermacam unsur atau ragam. Puisi juga dapat dikaji
dari sudut kesejarahannya. Mengingat sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi
selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Seperti halnya dengan puisi
“peringatan” karya Wijil Thukul. Puisi tersebut mengisahkan zaman setelah
reformasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
cara menganalisis puisi untuk menentukan kandungan makna pada puisi peringatan?
2. Bagaimana
perbandingan menganalisis puisi dengan menggunakan analisis secara
strukturalisme dengan analisis secara strata norma?
C.
Tujuan
1. Menentukan
dan memaparkan hasil analisis puisi peringatan.
2. Mengetahui
dan memahami perbandingan analisis strukturalisme dengan analisis secara strata
norma.
PEMBAHASAN
A.
Analisis
puisi
Sebuah
puisi dibangun atas unsur-unsur yang menjadi kesatuan yang utuh. Pembahasan
puisi berdasarkan strata norma tidaklah cukup. Pemaknaan hendaklah dilanjutkan
agar tercipta koherensi yang padu.
1.
Metode
Puisi
a.
Diksi
Penulisan
kata yang digunakan penyair tegas, dibuktikan pada setiap bait terdapat
hentakan kata yang dapat membakar semangat pembaca. Seperti halnya kata bait
terakhir, pemilihan kata pada puisi ini dari bait pertama dan bait kedua
menggunakan makna konotatif. Bait ketiga bait keempat mengunakan makna
denotatif.
b.
Imagery (imaji)
Puisi
tersebut terdapat empat citraan. Citraan pada bait pertama adalah pengelihatan.
Ini dibuktikan pada kalimat, ketika membicarakan masalahnya sendiri yaitu
penguasa harus waspada dan belajar mendengar. Bait ketiga citraan pengelihatan,
ini dibuktikan pada kalimat, “kebenaran pasti terancam”. Bait keempat citraan
pengelihatan terdapat pada kalimat, “apabila usul ditolak tanpa ditimbang suara
dibungkam”.
c.
Figurative language
(gaya bahasa)
Gaya
bahasa yang digunakan didalam puisi tersebut, menggunakan majas hiperbola yang
berupa pernyataan berlebihan dari kenyataannya. Maksud dari itu adalah untuk
memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. Ini dibuktikan pada bait
ketiga.
d.
Rhytem and rhyme (irama
dan rima)
Irama
puisi tersebut terlihat pada setiap akhir baris. Seperti pada bait terakhir
puisi tersebut terdapat tanda seru dibelakang tanda lawan, yang iramanya
mengisyaratkan kepada pembaca untuk ikut melawan.
Rima puisi:
1. Bait
pertama : a b a c
2. Bait
kedua : a b a c
3. Bait
ketiga : a b c a d
4. Bait
keempat : c b b b
Irama
bait pertama rendah, bait kedua datar, bait ketiga naik, bait keempat tinggi.
e.
The Concrete Word
Seluruh
bait pada puisi ini kata yang dipakai kata konkret.
2.
Hakikat
Puisi
a.
Sense (tema) : Harapan palsu
b.
Feeling (rasa) : Di dalam puisi tersebut penyair
mangajak pembaca supaya tidak terlena dengan harapan-harapan yang menipu, yang
dilontarkan dari pada pejabat-pejabat kita.
c.
Tone (nada) : Menarik simpati pembaca
d.
Intention (amanat) : Jangan pernah membuat harapan yang
sekiranya kita tidak dapat memenuhi harapan itu. Harapan adalah sebuah
kesepakatan. Jika kita tidak dapat mengabulkannya, diakhirat kita akan dimintai
pertanggung jawabannya.
PENUTUP
Simpulan
Analisis
puisi secara strata norma mempermudah menentukan kandungan makna yang terdapat
didalam puisi secara detail karena, terdiri dari beberapa lapis, anatara lain:
lapis suara, lapis arti, lapis ketiga, lapis keempat dan lapis kelima. Kelima
lapis tersebut memiliki fungsi masing-masing. Sedangkan, analsis secara
strukturalisme menggunakan dua cara yakni metode puisi dan hikayat puisi.
DAFTAR PUSTAKA
Pradopo, Djoko Rchmat. 2012. Pengkajian Puisi. Gjah Mada University
Press.