Widget edited by super-bee

Sabtu, 23 Maret 2013

TANDA TANYA ( ????????? )


TANDA TANYA



Semua sia-sia sebelum saatnya
Yang terlihat hanyalah jasad-jasad tak bernyawa
Dari para budak agama bermuka dua
Meprokamirkan pahala diatas derita


Kemana perginya dosa-dosa yang mereka bawa ?
Mungkin disana ?  Atau bahkan tak pernah ada

 
Sepertinya hanya tinggal aku
Sepertinya hanya ada aku
Dimana mereka ?
Apakah mereka hanya tinggal aku ?
Sepertinya hanya tinggal aku
Sepertinya hanya ada aku







Dyan scream Uchiha

maret 2013
»»  READMORE...

Kamis, 21 Maret 2013

Konspirasi Part V


DUSTA



Dustaku beda dengan mereka

Dusta mereka terkadang lebih bermakna

Dustaku bahkan sedikitpun tak berharga

Dustaku beda dengan mereka




»»  READMORE...

DIMENSI TERKUTUK ( Monolog sang pendosa )






Tertunduk pada para malaikat bertanduk

Langitpun mengurungku dalam dimensi yang terkutuk

Halusinasi masa lalu membuahkan teori tak bertajuk

Duniapun hadirkan cermin surga tak berbentuk







Dyan Scream Uchiha


surakarta ,  Maret 2013



»»  READMORE...

Sabtu, 16 Maret 2013

RESUME BUKU TEORI FIKSI ROBERT STANTON


RESUME BUKU TEORI FIKSI ROBERT STANTON


BAGIAN I
Fiksi: Selayang Pandang
Tampaknya aneh mendengar pernyataan bahwa setiap orang harus belajar membaca cerita. Fiksi populer yang berusia 40 tahun akan terdengar kuno dan sulit dipahami jika dibaca sekarang begitupun dengan fiksi populer zaman sekarang jika dibaca 40 tahun yang akan datang akan terdengar aneh karena fiksi populer dilandaskan pada karakter -karakter dan situasi yang tidak lazim.Meski cerita yang dituturkan oleh fiksi serius mengandung berbagai hal yang tidak lazim ( adu banteng ) atau selaras dengan sejarah ( pemberontak Irlandia ), fiksi jenis ini biasanya menyodorkan fakta-fakta dan isu-isu yang relevan pada pembaca.Contohnya, kita melawankan fiksi ‘serius’ atau ‘bagus’ dengan fiksi ’populer’ atau ‘komersial’ termasuk diantaranya adalah novel-novel terlaris dan cerita-cerita yang diterbitkan melalui majalah-majalah konsumsi massal seperti The Saturday Evening Post atau majalah-majalah petualangan, fiksi-ilmiah, dan cerita-cerita detektif.

Fiksi serius dan pembaca
fiksi serius dapat memberikan kenikmatan dan memang begitu adanya Sebagian fiksi serius memerlukan pembacaan dan ‘pembacaan kembali’; keduanya dilakukan dengan cermat dan tepat.Kenikmatan dan pemahaman atas karya sastra dicerap sedikit demi sedikit. Maksud utama sebuah karya fiksi serius adalah memungkinkan pembaca membayangkan sekaligus memahami satu pengalaman manusia.

Tema
Tema memberi kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang paling umum.

Sarana–sarana sastra
konflik, sudut pandang, simbolisme, ironi, dan sebagainya adalah sarana-sarana sastra yang dileburkan menjadi fakta dan tema oleh sang pengarang. sarana sastra dapat dipandang sebagai macam metode untuk meilih dan menyusun detail-detail cerita. Detail-detail tersebut nantinya akan membentuk berbagai pola yang mengemban tema.


Fiksi populer
Fiksi serius bermaksud menyajikan pengalaman kemanusiaan melalui fakta-fakta,tema-tema,dan sarana-sarana kesastraan . Bagaimana dengan fiksi populer ? sepertinya tidak berbeda,fiksi pupuler juga bermaksud menyajikan pengalaman manusia. Elemen-elemen yang ada pada fiksi populer seperti karakter- karakter, situasi -situasi, tema-tema , dan sarana-sarana kesastraan selalu terstereotipekan.

Unik dan Universal
Setiap orang adalah individu bagi siapapun yang mengenalnya.Setiap hubungan cinta selalu bersifat unik bagi para pelakunya.Pengarang fiksi serius mengabil kehidupan sebagai model.Dia lebih memilih berkisah tentang orang-orang tertentu dalam keadaan-keadaan tertentu ketimbang mengarang ‘kisah cinta’ atau ‘cerita perang yang tipikal’..Intinya seorang pengarang fiksi harus menciptakan satu ‘tipe’ melalui seorang manusia.
BAGIAN II
Membaca Fiksi
Konsep-konsep seperti ‘tema’, ‘simbolisme’, ‘konflik’, dan sebagainya dapat membantu pembaca memahami sebuah cerita. Satu yang tidak dapat dilakukan adalah merekayasa cerita agar cocok dengan konsep-konsep tertentu. tidak ada satu pun konsep atau prinsip kesastraan yang dapat menggantikan peran pembaca (terutama yang penuh penghayatan). Patut diakui bahwa pembacaan yang sembrono kerap muncul karena beberapa pengarang melahirkan karya yang sulit dicerna.
            Seorang pengarang fiksi serius yang bagus adalah pribadi yang cerdas, peka, dan ahli dalam menjalankan profesinya yang sulit. Karya-karyanya selalu membutuhkan dan menghendaki perlakuan-perlakuan khusus. Pembaca sembrono, kesimpulan prematur, dan penilaian yang terburu-buru hanya akan menjadikan nilainya berkurang.

Fakta – Fakta Cerita
Struktur faktual bukanlah bagian terpisah dari sebuah cerita. Struktur faktual merupakan salah satu aspek cerita yang disorot dari satu sudut pandang. Tidak seharusnya menghakimi sebuah cerita dengan mengatasinya tidak realistis hanya karena situasi – situasi karakter – karakter,dan latar – latarnya tidak ‘tipikal’ atau tidak ‘seperti kebanyakan’.Realitas dijejali berbagai hal – hal aneh, sifat ‘umum’ hanyalah generalisasi saja.

Alur
Alur merupakan rangkaian peristiwa – peristiwa dalam sebuah cerita.’Subplot’ atau subplot (merupakan rangkaian peristiwa – peristiwa yang menjadi bagian dari alur utama , namun memiliki ciri khas sendiri. Dua elemen dasar yang membangun alur adalah ‘konflik’ dan ‘klimaks’.Klimaks adalah saat ketika konflik terasa sangat intens sehingga ending tidak dapat dihindari lagi.
karakter, alur, dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum menjadi satu, semua elemen ini dinamakan ‘struktur faktual’ atau ‘tingkatan faktual’ cerita. Struktur factual adalah cerita yang disorot dari satu sudut pandang. Singkatanya, seorang pembaca yang telah terbiasa dengan fiksi popular berstereotipe sederhana akan merasakan kesulitan ketika membaca jenis fiksi yang lebih rumit.

Karakter
Terma ‘karakter’ biasanya dipakai dalam dua konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu – individu yang muncul dalam cerita seperti ketika ada orang yang bertanya; “Berapa karakter yang ada dalam cerita itu?”. Konteks kedua, karakter merujuk pada percampuran dari berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu – individu tersebut seperti yang tampak implisit pada pertanyaan;” menurutmu,bagaimanakah karakter dalam cerita itu?” Dalam sebagian besar cerita dapat ditemukan satu ‘karakter utama’ yaitu karakter yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita.


Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita, semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung.Latar dapat terwujud dekor seperti sebuah cafe diParis , pegunungan di California , sebuah jalan buntu di sudut kota Dublin dan sebagainya.Latar juga berwujud waktu-waktu tertentu ( hari, bulan, dan tahun ), cuaca, atau satu periode sejarah.

Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan ‘makna’ dalam pengalaman manusia; sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman yang begitu diingat. Oleh karena itu tema merupakan peryataan generalisasi, akan sangat tidak tepat diterapkan untuk cerita-cerita yang mengolah emosi karakter-karakternya. Tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Fungsi tema telah sepenuhnya diketahui, namun identitas tema sendiri masih kabur dari pandangan. Yang jelas, istilah tema sangat sulit didefinisikan. Tema dapat diibaratkan ‘maksud’ dalam sebuah gurauan; setiap orang paham ‘maksud’ sebuah gurauan, tetapi tetap mengalami kesulitan ketiak diminta untuk menjelaskan.
                        Satu hal yang perlu dimengerti sarana-sarana sastra tidak turut mengemban tema tetapi mampu menonjolkan dan menguaiakanya. Selain itu, sarana-sarana sastra juga dapat mendukung interpretasi yang dibuat para kritisi.
Sarana-sarana sastra
Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode ( pengarang ) memilih dan menyusun detail cerita agar tercapai pola-pola yang bermakna.Sarana-sarana paling signifikan di antara berbagai sarana yang kita kenal adalah karakter utama, konflik utama, dan tema utama. Tiga sarana ini merupakan ‘kesatuan organis’ cerita. Istilah ‘kesatuan organis’ berarti bahwa setiap bagian cerita , bagaimanapun sifatnya-setiap karakter, konflik, dan tema sampingan , setiap peristiwa, setiap pola-menjadi elemen penyusun tiga hal di atas.
Judul
Kita mengira bahwa judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keeduanya membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketiak judul mengacu pada sang karakter utama atau satu latar tertentu seperti dalam the great Gatsby atau wuthering heights. Sebuah judul juga mempunyai tingkatan makna. Banyak judul fiksi yang mengandung alusi (baik dari sastra atau bukan) seperti the graphes of wrath (diambil dari the battle hymn the republic), the sun also rises (diambil dari injil), dan tender is the night ( dari orde to a nightingale karya keats).
Sudut Pandang
Terkadang sudut pandang digambarkan melalui dua cara yaitu ‘subyektif’ dan ‘obyektif’. Dikatakan subyektif ketika pengarang langsung menilai atau menafsirkan karakter seperti yang dapat kita saksikan lewat Vanity Fair karya Thackeray; “Had there been some kind gentle soul near a hand who could end and appreciate this silent generous heart, who knows but that reign of Amelia might have been over, and that friend Willia’s love might have flowed into a kinder channel?”
‘Capur tangan pengarang’ ( biasanya disebut dengan istilah ini ) seperti pada kutipan diatas sangat dihindari ketika sudut pandang bersifat obyektif.

Gaya dan Tone
Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa. Meski dua orang pengarang memakai alur, karakter, dan latar yang sama hasil tulisan keduanya bisa sangat berbeda. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang gaya kita harus membaca banyak cerita dari berbagai pengarang. Disamping itu, kita hendaknya membaca berbagai cerita dari seorang pengarang. Hasilnya kita akan mengetahui karakteristik pengarang bersangkutan.

Simbolisme
Gagasan emosi terkadang tampak nyata bagai fakta fisis padahal sejatinya, kedua hal tersebut tidak dapat dilihat dan sulit dilukiskan. Salah satu cara untuk menapilkan kedua hal tersebut agar tampak nyata adalah melalui ‘simbol’; simbol berwujud detail-detail konkret dan faktual dan meiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam pikiran pembaca.
Dalam fiksi, simbolisme dapat memunculkan tiga efek yang asing-asing bergantung pada  bagaimana simbol bersangkutan digunakan. Pertama, sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian penting dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut; untuk dapat memahami Moby Dick secara utuh, kita perlu tahu apa yang disimbolkan oleh paus putih. Dua, satu simbol yang ditampilkan berulang-ulang  kita akan beberapa elemen konstan dalam semesta cerita; Dalam Moby Dick, warna putih diperlihatkan pada beberapa objek seperti bekas luka Ahab, ayat-ayat, cumi putih, ‘semprotan ajaib’, dan paus putih ( semua menyimbolkan apa yang paling dibenci oleh Ahab ).

Ironi
Secara umum, ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. ’Ironi dramatis’ atau ironi alur dan situasi biasanya muncul melalui kontras diametris antara penampilan dan realitas, antara maksud dan tujuan seorang karakter dengan hasilnya, atau antara harapan dengan apa yang sebenarnya terjadi. ’Tone ironi’ atau ‘ironi verbal’ digunakan untuk menyebut cara  berekspresi yang mengungkapkan makna cara berkebalikan.




BAGIAN III
CERPEN
Perbedaan paling jelas dari novel dan cerpen tampak dari panjang-pendeknya. Lazimnya, cerpen terdiri dari lima belas ribu kata atau sekitar lima puluhan halaman. Novel tersingkat terdiri atas tiga puluh ribu kata atau seratus halaman. Kadangkala kita mendengar opini yang mengatakan bahwa cerpen adalah novel yang diperluas atau novel tak lebih sekadar cerpen yang diperpanjang. Penilaian semacam ini didasarkan pada kriteria lain diluar ukuran panjang. Perbedaan mendasar antara cerpen dengan novel telah berevolusi dan berkembang lebih dari sekedar pernedaan ukuran. Satu yang terpenting cerita pendek haruslah berbentuk ‘padat’.jumlah kata dalam cerpen lebih sedikit ketimbang jumlah kata dalam novel. Setiap bab dalam novel menjelaskan unsurnya satu demi satu.

BAGIAN IV
NOVEL
Istilah ‘episode’ dalam fiksi hampir mirip dengan ‘adegan’ dalam drama. Pergeseran dari satu episode ke episode lain biasa ditandai oleh pergeseran waktu, tepat, atau karakter -karakter. Episode yang individual biasanya tidak terlalu sulit dibahas karena kita tidak perlu kembali ke bab sebelumnya. Satu hal yang perlu diingat, kita harus waspada terhadap tipe- tipe episode dan penjajaran-penjajarannya di dalam novel. Berikutnya, seorang pembaca harus sadar bagaimana setiap episode dalam novel saling berhubungan. Sebagian besar bab dalam novel terdiri atas satu sampai tiga episode. Agar novel lebih dipahami, perlu dibuat semacam daftar yang menampung setiap peristiwa  pada tiap-tiap bab (misalnya, “Pemilik bengkel yang tidak ramah; keluarga Wilson; kematian kakek dan upacara penguburan, batuan keluarga Wilson: dua keluarga  berkendara bersama-sama “ ) novel diatas secarik kertas.
BAGIAN V
TIPE – TIPE FIKSI
Novel, cerpen, dan novella merupakan kategorisasi formal. Untuk para kritisi kategori-lategori tersebut akan sangat berguna ketika mereka berusaha menjelaskan sebuah karya. Bagi para pembaca pengetahuan ini akan sangat membantu, terutama ketika mereka berusaha mengenali maksud utama sebuah karya sehingga yang besangkutan dapat memahami dan menikmatinya
Romantise dan Realisme
‘Romantisme’ dan ‘Realisme’ mungkin adalah dua terminologi yang paling sering digunakan dalam studi kesastraan. Dua kata ini memiliki makna yang ambigu. Sebabnya, dua kata ini dapat merujuk dua hal yang sama sekali berbeda yaitu teknik penulisan suatu karya dan pandangan filosofis. Dari sudut pandang filsafat, romantis berarti menolak yang monoton, bodoh, mapan, dan segala produk artifisial dunia modern.
Fiksi Gotik
Di zaman sekarang, fiksi Gotik lebih sering disebut ‘cerita horor’. Pengarang Gotik paling terkenal adalah Edgar Allan Poe, sedangkan karya Gotik yang dianggap paling mumpuni adalah Frankeinstein karya Mary Shelley. Genre ini banyak mengeksplorasi kematian, kebusukan ( dalam artinya yang paling harfiah ), benda atau keadaan menjijikan, dan segala yang supranatural. Sarana-sarana yang paling dieksplorasi dala fiksi Gotik adalah akan, hantu, mayat, rumah hantu, suara-suara aneh, pintu rahasia, dan adegan tengah malam.
Naturalisme
Salah satu bentuk realisme yang masyur pada akhir abab ke-19 adalah naturalism. Para pengarang naturalis percaya bahwa akurasi sains dapat diterapkan pada fiksi. Misalnya, ada beberapa karakter ditempatkan dalam kondisi eksperimental tertentu. Pengarang natualis acap dituduh sebagai individu yang menuliskan fiksi nonselektif. Seorang naturalis adalah seoang pengarang objektif, seorang yang tidak akan membiarkan moralitas mendektenya, kriteria kedua natualisme adalah determenistik. Naturalisme percaya bahwa perilaku manusia digerakan oleh kekuatan psikologis, fisiologis, ekonomi, dan social, dengan demikian, tidak ada satu individu pun yang memegang kendali atas hidupnya. Objektifitas pikiran pengarang naturalis kemungkinan besar disebabkan rasa kecewa itu. Cara paling mengejutkan untuk menunjukan ketiadaan harapan dan berbagai kemorosotan yang terjadi adalah dengan menggambarkan objek-objek secara mendetail.

Fiksi Proletarian
Fiksi proletar berusaha memotret ketidakadilan ( yang berlangsung sementara ) secara lebih spesifik. Fiksi-fiksi ini tampak seperti sedang meralat sejarah dan menawarkan suatu solusi atas ketidakadilan yang sedang berlangsung ( solusi yang paling kerap muncul berwujud sosialisme ). Oleh karena itu, fiksi proletarian tidak mewarisi karakter deterministik dan pesimistik milik naturalisme.
Novel Dedaktis
Novel dedaktis percaya bahwa perilaku sosial atau ‘pekerti’ dapat diandalkan , penting, dan menjadi sandaran bagi setiap karakternya. Novel dedaktis menggunakan panduan tersebut untuk menelisik hubungan antar individu, kelas-kelas sosial, dan  masyarakat. Oleh karena pekerti paling kerap muncul melalui percakapan, novel dedaktis memperlakukan percakapan selayaknya seni atau permainan dengan teknik tinggi.Setiap karakter menelaah integritas, kedalaman jiwa, simpati, kecerdesan, kemunafikan, kedangkalan, ketidakacuhan, dan ketololan karakter lain lewat percakapan yang sedang belangsung.

Alegori dan Sibolise
Alegori berbeda sifat dengan realism karena acap mengetenhkan peistiwa-peristiwa yang tidak mungkin terjadi. Alegori adalah pengertian implicit tentang politik, agama, moralitas, atau topic-topik lain yang telah didramatisasi sedemikian rupa. Walaupun peyataan semacam ini kerap dijadikan karya-karya nonalegoris, alegori tetap memilki karakter kusus. Alegori dan simbolisme tidak pernah dapat benar-benar dibedakan (dalam konteks keduanya sebagai genre fiksi dan bukan pianti kesastraan). Dalam alegori selalu terdapat hubungan satu lawan satu antar tokoh-tokoh tertentu dengan maknanya atau dengan kata lain, setiaap tokoh dalam alegori mengacu pada makananya sendiri-sendiri. Dalam simbolisme, setiap tokoh simbolis selalu bermakna ambigu dan kompleks, maknanya tidak dapat dipastikan satu lawan satu seperti dikatakan dalam  alegori.
Satir
Satir adalah karikatur versi sastra karena cenderung melebih-lebihkan , cerdas, sekaligus ironis.Satir mengekspos absurditas manusia atau institusi, membongkar kesenjangan antara topeng dan wajah sebenarnya. Walau begitu, ekspresionisme kerap digunakan pada episode-episode ( yang menggabarkan mimpi atau alam bawah sadar ) tertentu dalam novel.
Fiksi Ilmiah dan Utopis
            Bentuk sederhana fiksi ilmiah dapat kita saksikan pada ‘opera angkasa luar’ sebuah petualangan luar angkasa yang pengetahuan direpresikan lewat pesawat bermesin roket, senjata sinar, dan monster-monster penghuni planet lain. Pada satu sisi, fiksi ilmiah sangat mirip dengan cerita dedektif. Bedanya, fiksi ilmiah cenderung berada pada angkatan yang lebih tinggi. Bentuk lain yang memiliki berkaitan dengan fiksi ilmiah adalah fiksi utopis. Novel utopis menggambarkan sebuah masayarakat yang menjadi proyeksi idealism politis dan ekonomis sang pengarang didunia nyata.
Ekspresionisme
            Dalam sastra, ekspresionisme dianggap sebagai teknik untuk mengomentari masyarakat atau mengesplorasi jiwa. Pemikiran atau perasaan setiap tokoh atau makna dari setiap situasi ditampilkan seolah-olah mimpi dan berwujud symbol-simbol menyeramkan sehingga sedkit sekali kadar kemiripanya dengan dunia nyata..


Fiksi Psikologis : Arus Kesadaran
Fiksi psikologis adalah salah satu aliran sastra yang berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagiannya yang terdalam yaitu alam bawah sadar. Fiksi psikologis sering mengunakan teknik bernama ‘arus kesadaran’. Istilah ini ditemukan oleh William James pada tahun 1890 dan digunakan untuk menggabarkan kepingan-kepingan impresi, gagasan , kenangan, dan sensasi yang membetuk kesadaran manusia.
Fiksi Otobiografis ( Bildungsroan )
Fiksi otobiografis berbeda dengan otobiografi karena sifatnya yang fiktif ( sebagai fiksi, fiksi otobiografis meiliki alur, konflik utama, dan sebagainya ). Pengarang novel otobiografis bebas memanipulasi fakta ( tokoh yang dijadikan novel biasanya disamarkan paling tidak namanya ) sehingga dapat menekan tema yang dipandang utama dalam proses kedewasaannya. Topik yang menjadi bahasan novel ini terpusat pada persoalan kedewasaan si tokoh utama, baik kedewasaan intelektual, moral, spiritual, maupun artistik.
Fiksi Episodis dan Pikaresk
Episodis dan pikaresk merupakan terminologi srtuktural yang hanya diperuntukan bagi novel. Alur dalam novel episodis disusun dalam episode yang berbeda. Setiap novel ini melengkapi dirinya sendiri, terangkai oleh satu atau beberapa tokoh.  Suatu subkelas yang tidak dapat dilupakan dalam episodis adalah ‘novel pikaresk’. Istilah ini diadobsi dari satu kata dalam bahasa spanyol yaitu picaro atau handit. Istilah ini relevan karena novel pikaresk acap bercerita soal pengembaraan dan petualangan seorang bandit. Saat ini, istilah novel pikaresk biasa disandangkan pada novel episodis dengan hero berkarakter cerdik dan berasl dari kelas social rendah.
Fiksi Eksistensialis
Fiksi eksistensialis dipandang sebagai fiksi pengusung persoalan-persoalan yang menjadi bahasan filsafat eksistensialise. Gagasan utama dalam filsafat ini tersampaikan lewat ungkapan yang berbunyi “Eksistensi mendahului esensi”. Artinya, manusia dihadapkan pada fakta fisis yang buram dan mengada dalam ruang dan waktu secara bersamaan (eksistensi ). Fiksi eksistensialis memperluas topik bahasanya pada keterisolasian, ketidakjelasan identitas, dan kegagalan individu dalam  membangun hubungan interpersonal yang memuaskan dan keburaman dan absurditas dunianya.
BAGIAN VI
Menulis Makalah Kritik Sastra
Bayangkan ketika suatu saat ada dosen yang berkata “tulis makalah kritik sastra. Kira-kira seribu lima ratus kata”.  Anda dapat membahas beberapa karyanya sebagai sutu kesatuan; missalnya menemukan beberapa prinsip kesatuan dalam satu kumpulan cerpen. Anda dapat membandingkan dua karya dari dua pengarang yang berbeda terkait teknik atau tema yang menonjol didalam tema karya yang bersangkutan. Pilihan yang akan diambil bergantung sepenuhnya kepada anda. Bila ingin menulis beberapa karya maka sebaliknya anda berkonsultasi kepada dosen penanggung jawab. Bentuk tugas semacam ini biasanya akan mengesampingkan tiga hal yaitu (1) apresiasi, (2) ulasan, (3) makalah kepustakaan.
Alur
            Ada perbedaan satu alur dengan alur lain dan bagaimanakah strukturnya? Huckleberry tone beralur episodis dan setiap episode didalam alur semacam ini biasanya lebih rekat satu sama lain. Tone pada bagian pertama dan ketiga lebih ringan ketimbang bagian dua (benturan bagian pertama dan ketiga sudah diuraikan diatas). Apakah ada kesenjangan-kesenjangan lain diantara tiga bagian tersebut? Apakah pengelompokan seperti diatas sudah tepat? Anda pun dapat satu episode saja seperti; mengapa episode Wilks ditulis sedemikian panjang?.
Latar
Anda dapat menemukan sebuah topic hanya dengan merunut setiap kalimat yang menggambarkan setiap sungai Mississipi. Selain itu, latar daratan novel ini juga sangat beragam dan menarik. Dalam novel ini, sungai tampak cenderung menghindari ancaman dari daratan.
Karakter
            Anda dapat mengamati cirri-ciri karakter, perkembanganya, sikap-sikapnya terhadap karakter-karakter lain, atau efek sikap-sikap tersebut pada mereka (begitupun sebaliknya). Semua kriteria diatas  dapat dengan mudah diterapkan dengan Huck. Terkait hal ini, hubungan antara Huck dengan Jim dan Tom juga cukup menarik. Jim adalah seorang karakter yang memiliki daya tari tersendiri. Sebagian besar pembaca pasti sepakat bahwa ia berkarakter  mulia bahkan seorang kritik pernah menyamakanya dengan malaikat.
Tema
            Setiap objek (apalagi yang termaktub dilebih dari satu tempat karya bersangkutan) dapat dijadikan tempat yang potensial unutk karya tulis setidaknya untuk satu makalah pendek. Beberapa tema dari semua yang disebut diatas, misalnya kemunafikan, cenderung tumpang tindih dengan tema-tema lain dengan demikian akan sempurna untuk bahan penulisan makalah yang lebih panjang.
Sudut Pandang
            Sudut pandang dalam Huckleberry Finn amat mudah ditentukan karena keseluruhan novel dinarasikan oleh Huck. Sifat-sifat Huck yang mana sajakah yang berpengaruh terhadap pandanganya?. Apa dampak penggunaan sudut  pandang semacam ini bagi keseluruhan novel?. Yang jelas, pandangan Huck terhadap suatu tidaklah sepenuhnya benar karena ia kerap sekali sebuah pikiran.

Simbolisme
            Sebagaimana telah disebutkan, sungai dan daratan dapat dianggap symbol. Apakah julukan-julukan seperti Arab gila (the sick arab jim). Raja Tiada (The Royal Nonesuch King) dan beberapa nama alias Huck membentuk pola-pola tertentu?.
Gaya
            Seorang pembaca pemula mencerca sebuah karya fiksi dengan menyebutnya terlalu sulit, terlalu membosankan, terlalu amoral. Kriteria seperti sulit, membosankan dan amoral bisa jadi kriteria-kriteria yang valid, tetapi lebih sering bukan. Apakah yang dimaksud amoral? Banyak pembaca menilai karya sastra dengan standart moral (dengan standar moral yang lebih sederhana dibanding standar moral dalam hidup). Biasanya, sebutan amoral dituduhkan karena cerita bersangkutan dapat berdampak buruk terhadap pribadi-pribadi abnormal atau belum dewasa. Bagi bagian seorang, cerita amoral ini tidak layak dibaca oleh subjek-subjek yang belum atau tidak siap.





»»  READMORE...

TUGAS BAHASA JAWA 1



Nama : Dian Sukma Raharja

Nim : A 310110107

Kelas : 4 C



TETEPANGAN 





Naminipun kulo Dian Sukma Raharja. kulo saking desa Bulu , Desa alit wonten ing kabupaten Batang ,provinsi Jawa Tengah. Dian niku ateges Lentera, sukma niku ateges Ruh , dene raharja ateges slamet .

Dados kekarepanipun tiyang sepah kulo supados kulo dados lentera ingkang gadah ruh

seng gawe keslametan marang sekitare , nggawe terang marang duniane.

Lajeng naminipun bapak kulo inggih meniko Purwadi ,pakaryanipun inggih meniko dados guru SD wonten ing SD negeri 01 Bulu. Dene naminipun ibu kulo Susi Haryanti, pakaryanipun sami kados bapak, dodos guru, nanging wonten ing TK ABA banyuputih, Batang .

Kulo nggadhahahi gegayuhan, benjing mugi-mugi saget dados guru bahasa indonesia ingkang prefisional . Saget junjung tinggi drajat lan martabatipun tiyang sepuh wonten ing akhirat , lan saget ndamel bahagianipun tiyang sepuh wonten ing dunyo niki.

Basa jawi menika penting wonten ing PBSID, amargi para mahasiswa ingkang umumipun saking tanah jawi, supados mboten kesupen kaliyan basa ingkang dados bahasa utami wonten ing tanah jawi. Jaman sakniki katah tiyang jawi nanging mboten jawani , bahasa jawi kedah dados budaya ingkang mboten dilalekne marang tiyang-tiyang jawi menika .

»»  READMORE...

Selasa, 12 Maret 2013

KUTUKAN KEABADIAN ( bukan puisi sesat )


KUTUKAN KEABADIAN

Pahala semu yang mereka cari,
Kini mulai di hujat  para malaikat palsu,
Bernafaskan kebencian,
Harapan dimuntahkan dari mulut sang pembawa kebenaran semu ,
Sadarkan kami dari surga tanda tanya mereka ,
Dosa abadi  penikmat nafsu surgawi ,
Tak kasat hanya tertinggal manisnya empedu bangkai sang pendosa .

Menunggu dari seberang  kehidupan,
Sebuah penantian dari kenyataan ,
Situasi dimana takdir yang menentukan ,
Adanya cara lain menuju keabadian ,

Pemilihan kata kunci pembuka gerbang kegelapan ,
Mengilhami iblis ketakutan dalam nurani kenistaan ,
Temukan satu titik balik kematian , menjadi langkah awal menuju keabadian  
Kebodohan berkepanjangan tak ubahnya candu semu keterasingan,
Pembelaan karma palsu yang perlahan mulai terlupakan oleh seluruh kutukan,
KEABADIAN  !!!!!!!!






Dyan Scream Uchiha
Surakarta , Januari - Maret 2013


»»  READMORE...

Senin, 11 Maret 2013

RESOLUSI KEMATIAN



           Resolusi Kematian  



Budak malam diambil oleh kafilah dunia hitam,
Meneladahkan kepala diatas bangkai kenistaan,
Menggerayangi sejengkal demi sejengkal sisi kehidupan
Tak ada perlawanan ,  hanya karma semua penyesalan .


Bertahan untuk satu tujuan menuju keabadian
Banyak berpaling pada sisi lain keimanan
Dimana manusia menjadi Tuhan atas dirinya
Dan Sang Khalik nihil atas semua makhluknya


Kutukan dunia baru guratkan nafas kebencian
Bersenggama dalam lubang-lubang pembodohan

Siapakah yang akan menjadi pemenang ?
Hanya Kematian yang bisa membuktikan




Dyan Scream uchiha

Surakarta , Maret 2013



»»  READMORE...